Berita Keren | Pasca banjir di Desa Bambasiang, Kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), menimbulkan ancaman serius bagi Jembatan Gantung yang menjadi penghubung antara dusun di desa tersebut.
Pasalnya, sebagian besar penduduk Desa Bambasiang berada di wilayah pegunungan. Di mana, Desa Bambasiang terdiri dari 5 dusun, 3 dusun diantaranya berada di pegunungan dengan persentasi jumlah penduduk sebesar 70 persen dan 2 dusun di dataran rendah berkisar 30 persen.
Bukan itu saja, tidak sedikit pula masyarakat dari desa tetangga memiliki kebun cingkeh di pegunungan Desa Bambasiang. Tidak berlebihan jika Desa Bambasiang merupakan salah satu sumber penghasilan pada sektor pertanian dan perkebunan bagi masyarakat di Kecamatan Palasa.
Apalagi Jembatan Gantung Desa Bambasiang menjadi akses penghubung antara lembah dan pegunungan.
Anggota DPRD Parimo, Yusuf SP mendesak Pemerintah Daerah (Pemda) Parimo segera menangani masalah banjir di Desa Bambasiang.
“Ini harus cepat ini. Makanya saya sudah kordinasi dengan BPBD dan hari ini, kalau bisa alat masuk, karena itu berbahaya,” ujar Yusuf SP mengutip Zona Sulawesi, Sabtu (8/7/2023).
Sebab, menurutnya, jika Pemda Parimo tidak segera melakukan penanganan terhadap daerah aliran sungai di lokasi Jembatan Gantung, maka masalah yang lebih besar akan terjadi.
Sebaiknya Pemda Parimo mengantisipasi dampak banjir berikutnya. Apabila Jembatan Gantung terputus, secara otomatis perekonomian dan pelayanan di Desa Bambasiang akan terhambat.
“Kalau putus itu efeknya berbahaya, ekonomi, sosial, dan keselamatan rakyat. Kalau pemerintah tidak datang hari ini berarti mereka tidak perharikan rakyat itu karena eksekutornya mereka, alatnya ada disana,” tegasnya.
Dalam waktu dekat, Ketua Komisi III DPRD Parimo itu mengatakan, pihaknya akan melaksanakan rapat. Ia mengaku akan memasukan pembahasan sekaitan tindaklanjut banjir yang mengancam Jembatan Gantung di Desa Bambasiang.
Yusuf memperkirakan anggaran sebesar Rp 200 juta akan dikucurkan pada penanganan bencana banjir di Desa Bambasiang. Anggaran itu diupayakan masuk dalam Anggaran Belanja Tambahan (ABT) 2023.
“Setelah ini kita akan rapatkan, untuk jangka panjang yah. Apakah kita bronjong atau sebagainya yang pasti kita mau carikan anggaran minimal Rp 200 juta dan itu di ABT,” jelasnya.
Selain itu, terdapat satu rumah warga yang mengalami rusak berat sehingga terpaksa dibongkar. Menanggapi hal itu, Yusuf juga mengaku telah menyampaikan adanya rumah yang terdampak akibat banjir di Desa Bambasiang kepada BPBD Parimo.
“Itu yang saya kasih tau BPBD (satu rumah rusak berat) itu kewenangan mereka, bagaimana kemanusiaan cepat dibantu itu,” katanya.
“Bukan kita melihat tanah maupun DAS, tapi korban dia disitu sebagai warga kita, apakah kita kasih selimut, beras apa semua dan lain sebagainya. Karena sudah tidak ada rumah dia itu,” tandasnya.