Anggota DPD RI ART Sebut Perlu Tindakan Tegas untuk Atasi Kejahatan Jalanan Seperti Begal

Anggota DPD RI Dapil Sulteng Abdul Rachman Thaha (ART). (Foto: Istimewa)

Berita Keren | Aksi begal di Ibu Kota Jakarta makin meresahkan. Terbaru, calon siswa Bintara Polri Satrio Mukhti, 18 menjadi korban begal yang mengakibatkan jari tangan putus.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (11/5) subuh, di Kawasan Kebun Jeruk, Jakarta Barat (Jakbar). Jari kelingking Satrio nyaris putus akibat mendapat sabetan senjata tajam dari para pelaku begal.

Bacaan Lainnya

Polda Metro Jaya pun tak tinggal diam. Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Rovan Richard Mahenu mengatakan Polda Metro Jaya membentuk timsus antibegal.

Anggota DPD RI Abdul Rachman Thaha mempertanyakan hal itu. Sebab, tahun lalu Kabaharkam Polri Komjen Pol Fadil Imran meresmikan Tim Patroli Perintis Presisi (TPPP) untuk seluruh satuan di wilayah Polda.

”Lha, bagaimana toh ini? Seharusnya dengan TPPP itu, tidak ada lagi tim-tim dadakan bernama angker seperti yang acap unjuk kebolehan di program-program televisi,” ujar Abdul Rachman Thaha.

Apalagi menurut dia, karena TPPP disebut-sebut fokus pada pencegahan, pembentukan tim baru oleh Polda Metro Jaya menyiratkan betapa tidak efektifnya TPPP.

”Jadi begini. Dulu, November-Desember 2020, TNI turun tangan di Petamburan dan sekitarnya. Itu berlangsung menyusul situasi yang dinarasikan mencekam dan segala macamnya di ibu kota. Dalam ukuran saya, operasi semacam itu tergolong offside. Tapi sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu,” ucap Abdul Rachman Thaha.

Dia menyatakan, ada baiknya Polri dan aparat penegak hukum dan bisa jadi termasuk TNI berembuk ulang. Begal-begal itu akan ditindak seperti apa.

”Diperingatkan, sudah kebal. Diproses hukum, lama. Didiversi, begal malah bikin makan hati berulam jantung. Buktinya mereka kambuh lagi. Dihakimi massa, lha justru masyarakat kini mulai terjangkit fear of crime,” terang Abdul Rachman Thaha.

Menurut dia, perlu ada tindakan tegas terukur untuk mengatasi begal. Perlu juga mengatasi akar masalahnya.

”Kalau masalahnya ekonomi atau kurang lapangan kerja ya perlu peran pemerintah,” ucap Adul Rachman Thaha.

Namun untuk efek jera ada baiknya tindakan lebih tegas sebagai shock therapy. Walau lanjut Abdul Rahcman Thaha tidak perlu seperti zaman petrus.

”Memang, nanti bisa saja ada yang nyinyir buka suara tentang HAM. Menurut saya, melindungi masyarakat tentu harus diutamakan. HAM warga yang ingin hidup tenteram, yang jumlahnya jauh lebih banyak, pastinya lebih penting ketimbang HAM tukang bikin onar seperti begal,” ujar Abdul Rachman Thaha.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *