Berita Keren | Mojokerto – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melakukan prosesi “Mendhet Tirto lan Siti” di Kawasan Sumur Upas Candi Kedaton, Trowulan, Mojokerto, Sabtu (12/3).
Gubernur Khofifah didampingi langsung oleh Bupati Mojokerto Ikhfina, Walikota Mojokerto Ita Puspitasari, para budayawan, serta para sejarawan.
Dalam prosesi tersebut, Gubernur Khofifah mengambil tanah Kedaton dan air dari sumber mata air Banyu Panguripan di Desa Pakis, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Rencananya, tanah dan air tersebut akan dibawa ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Sepaku, Kalimantan Timur. Bertepatan dengan agenda kemah bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) di IKN, pada tanggal 13- 14 Maret 2022 mendatang.
Sebagai informasi, semua gubernur dari 34 provinsi di Indonesia bakal berkumpul di lokasi IKN Sepaku bersama Presiden Jokowi. Dimana, semua gubernur diminta membawa air dan tanah dari masing-masing provinsi ke lokasi IKN yang nantinya bakal dimasukan dalam kendi bernama Kendi Nusantara.
Pada saat prosesi pengambilan air sumur di Sumur Upas Gubernur Khofifah mengambil sejumlah air yang kemudian diletakkan disebuah Gentong yang sudah terisi air serta Siwur diatas bibir Sumur Kedaton yang selanjutnya diisikan ke dalam kendhi.
Selanjutnya, Gubernur Khofifah menuju tempat prosesi pengambilan tanah berjarak 10 meter dari tempat pengambilan air. Seluruh prosesi pengambilan air dan tanah tersebut diawali dengan pembacaan doa dari penjaga situs maupun candi.
Usai pelaksanaan prosesi, Khofifah menyampaikan bahwa Air dan Tanah dari Bumi Majapahit ini memiliki nilai sejarah yang cukup besar. Dimana, Nusantara merupakan bagian dari Sumpah Palapa yang diikrarkan oleh Mahapatih Gajahmada.
Menurutnya, dari berbagai referensi disampaikan bahwa Nusa mengandung arti Pulau kemudian Antara artinya luar. Dan jika disimpulkan menjadi sebaran dari pulau-pulau yang berjumlah banyak namun bisa dipersatukan oleh Kerajaan Majapahit.
“Sebelum pulau-pulau dipersatukan oleh Majapahit, Mahapatih Gajahmada melakukan puasa. Amukti palapa dalam Sumpah Palapa merupakan bagian yang begitu kuat dimana tekad dari Mahapatih Gajahmada mempersatukan banyak pulau ke dalam Nusantara,” ungkapnya.
“Seluruh nilai referensi dari sejarah ini dituangkan oleh Mpu Prapanca di Buku Nagarakartagama. Juga dikuatkan dengan Buku Sutasoma karya Mpu Tantular tertulis Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa,” lanjut Khofifah.
Khofifah menyebut, makna ke Bhinekaan merupakan suatu kesatuan dan kebenaran yang tidak boleh di duakan. Untuk itu, dirinya bersama Bupati dan Walikota Mojokerto dan para budayawan, sejarawan, juga tokoh adat serta cendikiawan dari Unair maupun ITS berkoordinasi untuk bisa membawa air dan tanah dari Bumi Majapahit ke IKN.
Ditambahkan, Nusantara merupakan bagian dari Sumpah Palapa yang akhirnya bisa mempersatukan banyak pulau pulau. Sehingga, jika nusantara di zaman dulu dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit, sekarang Nusantara dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Hari ini kami sebar tim dari Pemprov Jatim mengambil mata air dari tujuh sumber. Kesemuanya ini menjadi bentuk kontribusi dari Jawa Timur untuk nama Nusantara yang telah di tentukan oleh Presiden,” tandas orang nomor satu di Pemprov Jatim ini.
Bedasarkan informasi, Candi Kedaton Sumur Upas merupakan pusat sistem pengairan di masa Kerajaan Majapahit. Sedangkan tumpukan batu dan bata merah, merupakan kanal air penghubung ke permukiman warga
Seusai mengambil air dan tanah di Bumi Majapahit, Gubernur Khofifah di dampingi Bupati Mojokerto Ikhfina dan Walikota Mojokerto Ita meninjau dengan dekat jejak Kerajaan Majapahit yang terdapat di peninggalan Situs Kumitir.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Khofifah juga berkesempatan mengambil tanah di kawasan Situs Kumitir juga dikenal sebagai istana timur sementara Kedaton adalah istana barat.
Dilihat dari dekat, Dimensi ukuran bata, struktur bangunan, serta berbagai penemuan lepas di kawasan Kumitir memperkuat keyakinan tentang situs sebagai jejak arkeologis Kerajaan Majapahit.
Untuk diketahui, Situs Kumitir yang ditemukan di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur merupakan salah satu istana untuk bangsawan di lingkungan Kotaraja Majapahit. (*)
Kepala Biro Adm. Pimpinan
Moh Ali Kuncoro