Berita Keren | Anggota Komite I DPD RI, Dr. Abdul Rachman Thaha SH, MH, menyampaikan kritikan atas kinerja Kepolisian Resort (Polres) Parigi Moutong (Parimo) terkait penegakan hukum berbagai kasus yang ditangani Polres Parimo.
“Saya mengikuti berbagai perkembangan, issu dan permasalahan hukum disetiap daerah dan salah satu yang perlu disoroti adalah Polres Parigi Moutong,” sebut ART kepada Beritakeren.com, Minggu, 21 Agustus 2022.
Senator asal Sulawesi Tengah itu mengingatkan Kapolres Parimo, AKBP Yudy Arto Wiyono beserta jajaran untuk segera menuntaskan kasus-kasus hukum yang tengah ditangani.
“Kasus korupsi yang sedang ditangani harus segera ditindak. Saya terima Informasi masih banyak yang jalan ditempat,” ungkapnya
Selain itu, Maraknya kasus pertambangan emas tanpa izin (Peti) di Parigi Moutong menjadi perhatian khusus Senator yang bermitra dengan Polri tersebut. ART pun kembali mengingatkan Kapolres untuk tidak segan-segan menutup aktifitas tambang ilegal.
“Saya ingatkan pada Kapolres, bekerjalah dengan baik atau karir akan selesai. Siapapun backingan mereka (pemodal PETI) hadapi. Jangan takut untuk tutup aktifitas tambang,” tegas Pria Kelahiran 17 September 1979 tersebut.
Minta Warga Lapor Padanya Jika Ada APH Permainkan Hukum
Sorotan publik terhadap Polri kurun sebulan ini semakin tajam. Hal itu terjadi karena kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J yang diotaki mantan Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Ferdy Sambo.
Abdul Rachman Thaha yang akrab dipanggil ART menekankan, kasus pembunuhan Brigadir J benar-benar menjadi pertaruhan bagi institusi Polri. Apalagi kasus ini melibatkan “gerbong” Ferdy Sambo yang terdiri dari puluhan orang polisi yang kini sedang ditangani timsus bentukan Kapolri.
“Kasus ini mendapat atensi luas dari masyarakat Indonesia. Akan tercatat dalam sejarah penegakkan supremasi hukum di negeri ini,” katanya.
Dirinya menegaskan, komandan tertinggi polisi itu sebenarnya bukan pimpinan di institusinya. Tapi pimpinan yang sebenarnya adalah undang-undang, dalam hal ini hukum. Jika ini menjadi pegangan polisi di negeri ini, apakah secara intitusi atau pribadi, maka kasus seperti Brigadir J di kemudian hari tidak akan terulang lagi.
“Drama yang dimainkan tersangka FS, semoga menjadi pelajaran untuk kita semua. Pesannya, wajah hukum di negeri kita masih morat marit,” ujarnya.
Belajar dari kasus pembunuhan Brigadir J, khususnya kepada aparat penegak hukum (APH), ART berpesan agar menjadikan hukum sebagai panglima tertinggi di negeri ini. Jangan mempermainkan hukum demi kepentingan tertentu. Karena cepat atau lambat, itu akan terbongkar juga.
“Jangan hukum menjadi alat kepentingan. Karena suatu saat, anda akan terseret sendiri di dalamnya. Hukum mesti ditegakkan apapun risiko dan konsekuensinya,” tegas ART yang punya tagline Anak Guru Mengaji.
Selama menjadi anggota DPD-RI periode 2019-2024, ART mengaku sudah sering mendapat laporan dari masyarakat terkait penegakkan hukum di Indonesia. Tidak terkecuali tindak tanduk APH yang dianggap masih jauh dari harapan.
APH di Indonesia, masih ditemukan menjadikan hukum sebagai alat kepentingan atau bargaining. Apakah untuk kepentingan pribadi, keluarga, maupun kelompok.
Dirinya meminta, jika ada APH yang bermain-main dengan penegakkan hukum, ia berharap untuk tidak segan-segan melaporkan hal tersebut kepada dirinya.
ART berkomitmen kepada masyarakat Indonesia, akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga marwah hukum di negeri ini. Meski dirinya sendirian, tidak apa-apa. Sepanjang tujuannya untuk kemaslahatan orang banyak, dirinya siap berada di garis depan.
“Saya akan sikat. Siap membela masyarakat yang terdzolimi secara hukum. Tidak hanya untuk masyarakat Sulteng yang saya wakili, tapi untuk seluruh warga negara Indonesia,” tegasnya.
Kedudukan warga negara Indonesia, sama di mata hukum. Hal ini selalu disampaikan ART dalam setiap kunjungan kerjanya ke daerah-daerah.
Dirinya menyebut, tidak pernah bosan menyampaikan ihwal penegakkan hukum. Apakah saat bertemu dengan masyarakat, maupun saat audience dengan mitra kerja Komite I.
“Saya tidak takut melawan arus atau gelombang. Ini sudah hukum alam. Mungkin ada ribuan orang yang tidak suka kepada saya seperti begini. Tapi yakinlah, di luar sana, ada puluhan ribu justru memberi dukungan tulusnya,”tandas ART. (AAF)